Sebuah Harmoni

Iman Rohiman
0
Kekuatan dan kehebatan ibarat harmoni  kerang dan kemilau mutiara di dasar lautan.  Kerang memerankan kokohnya beraneka perlindungan manakala ancaman datang menerjang. Keras namun penting bagi kemilau mutiara. Meski seringkali kerang itu tampak tak begitu elok karena berjibaku dengan segenap ancaman, keteguhannya tak pernah bergeser sedikit pun, karena cita kesetian yang begitu mendalam akan tumbuhnya mutiara telah membangunkan potensi yang lelap tertidur. Daya tahannya tak berbatas, walaupun berjuta-juta luka menghiasi kisahnya  yang sangat memilukan. Pilu karena kemungkinan pertumbuhan eloknya mutiara bisa memudar di tengah jalan atau bahkan tak pernah menyaksikan pertumbuhannya. Semua itu pembuktian, seperti yang diungkapkan Ibnu Qayyim Al-jauziyah dalam Madarizus Salikin, bahwa kecenderunganmu kepada sesuatu secara total, lalu engkau lebih mementingkannya dibanding terhadap dirimu dan hartamu, lalu engkau menyesuaikan diri dengannya secara lahir dan batin, kemudian engkau mengetahui kekuranganmu dalam mencintainya adalah kekuatan cintanya. Maka totalitas kekuatan melindungi ditujukan untuk mengisi setiap ayunan kaki dalam nenapaki jauh dan terjalnya perjalanan, hanya demi dan untuk pembuktian kekuatannya.

Kekuatan tak lengkap tanpa kehebatan. Disini keberadaan kehebatan kemilau mutiara sangat penting dan sangat dibutuhkan. Bagi kekuatan kerang, keindahan kehebatan kemilau mutiara akan membawa keberartian tersendiri, manakala disandingkan. Ibarat langit tanpa bintang, gelap dan kelam, apabila kekuatan tak bersama kehebatan. Keindahan kemilau mutiara bagi kekuatan kerang satu sumber pelita yang tidak akan pernah habis menerangi di setiap ruang dan waktu. Dikala mata sudah mulai sayup kegelapan, cahayanya akan segera memulihkan kesadarannya, menggugah berjuta harapan kebahagiaan. Menguatkan dan selalu menguatkan.   
   
Maka benar, bahwa disamping suami yang kuat terdapat bidadari yang hebat. Sebagimana disamping  kuatnya nabi Muhammad dengan kesempurnaanya, ada hebatnya keimanan bunda Khadijah kepada belahan jiwanya ketika orang lain tak satu pun mengimaninya;  ada hebatnya mengalikan pengorbanan harta hingga tak berhingga untuk menyokong dakwah buah hatinya; ada hebatnya keihklasan yang terus menerus mengurangi kekotoran jiwa hingga menggenapkan kesempurnaanya; ada hebatnya membagi kesedihan-kesedihan rasul hingga habis tak meninggalkan bekas di muka bumi; ada hebatnya regenerasi nasab dari bunda Khadijah yang kian menambah bercahayanya estafet generasi dakwah.

Maka benar, bahwa disamping suami yang kuat terdapat bunga surga yang hebat di bumi. Sebagaimana kuatnya Imam Ali dalam kezahidan, kezuhudan,  keadilan, kejujuran, dan ksatrianya beliau, ada hebatnya kesabaran Fatimah dalam kezuhudan, hingga tangannya yang lembut melepuh karena menepung dan mengiling gandum sendiri; ada hebatnya ruhaniah hingga mengganti hadimah dengan tasbih, tahmid, dan takbir; ada hebatnya keridhoan penerimaan calon suami yang hanya berhartakan sebilah pedang, seekor unta, dan sebuah baju besi; ada hebatnya penerimaan mahar sebesar 400 dirham hasil gadai  baju besi; ada hebatnya pengajaran intisari kehidupan yang paling berharga bagi ummat tentang fondasi akhlaq  dan nilai-nilai Islam yang jauh lebih agung dan lebih mulia dibanding dengan perkakas-perkakas rumah yang serba megah dan mewah.  

Maka benar, bahwa disamping suami yang kuat kesholehannya ada kehebatan seorang istri sholehah.

Di penghujungnnya, mari kita meneteskan air mata, jika buah ikatan suci kekuatan dan kehebatan, ternyata kelemahan yang bertumpuk-tumpuk, bukannya kemampuan yang semakin menjulang pesonanya. Mari kita bersedih, jika buah simpul sejati kekuatan dan kehebatan, ternyata kemiskinan yang semakin akut, bukannya kekayaan yang semakin barokah. Mari kita tertunduk pilu, jika buah tali kasih murni kekuatan dan kehebatan, ternyata memuncak kegelisahan, bukannya ketenangan yang membahana. Mari kita mengaduh, jika buah beningnya janji kekuatan dan kehebatan, ternyata kehinaan, bukannya kehormatan yang kian bercahaya. Mari kita mengangkat tangan, jika buah kecocokan jiwa kekuatan dan kehebatan, ternyata kesengsaraan, bukannya kebahagiaan yang membangkitkan. Mari kita bersihkan pandangan, jika buah bersihnya komitmen kekuatan dan kehebatan , ternyata menumpulkan ilmu, bukannya semakin tajam dan menyinari.


Tags

Posting Komentar

0 Komentar

Posting Komentar (0)
3/related/default