Bunga mawar tidak mekar dalam
semalam. Kota Madinah tidak dibangun dalam sehari. Dan tidak ada orang yang
menjadi besar tanpa proses pertumbuhan. Orang yang menyelam ke dasar kehidupan
akan memahami bahwa merah meronanya bunga mawar butuh waktu sebagai titian
keindahannya. Begitu pun bagi mereka yang pernah terbang ke langit harapan akan
mengerti bahwa merangkai berjuta kebesaran cita, tidak terlahir secara instan, melainkan butuh
proses untuk meraihnya. Ia membutuhkan waktu yang tidak singkat. Ia menghadapi
terjalnya pendakian. Ia menyusuri kerikil-kerikil tajam yang memilukan. Tanpa
itu semua, kebesaran itu tidak pernah akan bertumbuh, bertahan, menjadi besar, dan
membuahkan hasil yang indah.
Cita-cita yang tulus untuk menjadi
pribadi yang berkualitas agar dapat memberi kemanfaatan bagi sebanyak-banyaknya
ummat butuh proses untuk menggapainya. Ia tidak terlahir dengan sendirinya dan
tidak pula tanpa usaha. Namun, dibutuhkan proses bertumbuh yang cukup panjang
untuk merangkai keindahannya. Pemilihan bibit diri-unggul dengan pilihan
terbaik berdasarkan rasa terdalam di dalam dada hal pertama yang dilakukan
dengan kesadaran kemandirian. Disini seseorang berdiri sendiri dengan
kehendaknya sendiri tanpa ada campur tangan pihak kedua maupun pihak ketiga
untuk mencari dan menemukan bibit diri-unggul terbaik berdasarkan pilihan
jiwanya. Tak ada pengaruh dari luar yang mengganggu kemandiriannya karena unsur
jiwa mendominasi dalam menentukan apa yang dirasa cocok dengan jiwa itu
sendiri. Kalaupun ada pengaruh lingkungan di luar dirinya itu hanya menjadi
referensi pembanding dan tidak mempengaruhi pemilihannya.
Setelah bibit diri-unggul
ditemukan, langkah selanjutnya adalah menanamnya di tanah subur kebaikan.
Menanam bibit diri-unggul niscaya tanpa tanah subur kebaikan dan hanya dengan
media tanah subur kebaikanlah bibit diri-unggul dapat bertumbuh dengan
sebaik-baiknya. Sebagaimana bunga mawar tidak dapat tumbuh dengan baik di tanah
gambut. Begitu pun orang yang memiliki potensi besar tidak akan pernah tumbuh
dengan baik jika tumbuh pada kondisi lingkungan yang tidak menunjang kebesarannya.
Maka mencari tanah subur kebaikan menjadi keharusan agar bibit diri-unggul
dapat ditanam di tanah yang tepat sehingga menunjang pertumbuhannya. Sebaliknya,
jika kita tidak berikhtiar untuk menemukan tanah subur kebaikan maka tidak akan
pernah sekejap pun melihat pertumbuhannya, artinya kita sudah menyia-nyiakan
anugerah yang dititipkan Tuhan pada kita, padahal apa yang sudah dititipkan
Tuhan pada kita adalah amanah. Jadi, menanam di tanah subur kebaikan satu hal
yang tidak perlu dipertanyakan dan ditunda-tunda.
Memupuk bibit diri-unggul dengan
ilmu di tanah kesuburan pekerjaan besar untuk tujuan yang mulia dalam
kehidupan. Setelah menanam, memberi pupuk yang sesuai dengan kebutuhan perlu
diperhatikan dengan sebaik-baiknya. Memberi pupuk yang baik berarti ilmu yang membuka
pintu agar mempermudah melakukan pekerjaan besar sehingga kemulian dapat
diraih. Pada awal pertumbuhan pupuk yang
tepat berupa ilmu sangat menunjang bagi daya tahan tumbuhnya bibit diri-unggul
dan sangat menentukan bagi keberlangsungan pertumbuhannya. Karena masa awal
pertumbuhan sangat menentukan daya tahan tumbuhnya pohon kebaikan, maka
cocoknya pupuk ilmu yang diberikan dapat menumbuhkan kuatnya akar, tegaknya
batang, kokohnya ranting, dan lebatnya daun kebaikan sehingga buahnya berbobot
dan berkualitas.
Sementara menyiangi adalah seni
menjaga dengan membersihkan niat-niat dalam diri semata-mata untuk
kebermanfaatan manusia dalam rangka ibadah kepada-Nya. Tujuan menjadi besar
bukan karena kesombongan, ingin dihargai, ingin dianggap hebat, dan ingin
dianggap kuat oleh manusia, tetapi semata-mata melaksanakan amanah potensi yang
diberikan oleh Tuhan agar potensi itu dapat didayagunakan dalam kehidupan.
Karena menyiakannya adalah khianat, mendayagunakannya adalah penunaian amanah.
Maka menyiangi dengan menjaga kebersihan niat penting kedudukannya karena
dengannya rumput-rumput liar tidak tumbuh dan mengganggu kebersihan niat
sehingga pupuk yang seharusnya jadi unsur penyubur tumbuhnya bibit diri-unggul
tidak sedikit pun terkurangi.
Mengairi adalah sebaik-baik upaya
agar tanah subur kebaikan tidak mengering dan agar bibit diri-unggul yang sudah
ditanam tidak layu sebelum berkembang. Mengairi tanah subur kebaikan dengan
senantiasa menguatkan ilmu dan membersihkan niat sebuah upaya agar bibit
diri-unggul dapat tumbuh dengan sebaik-baiknya pertumbuhan dan pohon dapat
berdiri tegak dengan sebaik-baiknya. Seiring berjalan waktu semakin banyak pula
hal yang mempengaruhi pertumbuhan pohon kebaikan. Untuk mengimbangi hal yang mempengaruhi
pertumbuhan tersebut penguatan dengan penambahan ilmu dan pembaharuan
pembersihan niat setiap saat harus dilakukan untuk menjaga keseimbangannya. Jika
tidak dikuatkan dengan penambahan ilmu dan pembaharuan pembersihan niat,
niscaya tak kokohlah tegaknya pohon, bahkan perkembangannya pun terhambat.
Tentu hal tersebut tidak diinginkan. Oleh karena itu, mengairi pertumbuhannya
dengan penambahan ilmu dan pembaharuan pembersihan niat sebuah rangkaian yang
terikat erat dengan memilih bibit diri-unggul, pemupukan, dan menyiangi pohon
kebaikan.
Dalam proses pertumbuhan diri
menuju kebesaran, bertemu dengan hama penyakit suatu keadaan yang pasti
teralami. Jamur, bakteri, virus, dan penyakit fisiologis sebagai tantangan yang
harus dihadapi. Karena kehadirnnya tiada lain untuk diselesaikan sekaligus
sebagai seni mengukir ketangguhan dan merangkai kebesaran diri. Kurangnnya
kesadaran pemetaan potensi diri dapat berakibat tidak dipahaminya potensi mana
yang dapat menumbuhkan kebesarannya dan potensi mana yang dapat menghambat
tumbuhnya kebesarannya. Jika pemetaan potensi diri tidak mampu dilakukan yang
terjadi adalah jamur yang tumbuh tak terkendali
akibatnya pertumbuhan kebesaran tidak maksimal dan tumbuhnya penyakit
dalam diri menurunkan kadar kemampuan dan mengerdilnya potensi. Sementara
orang-orang disekitar lingkungan dimana bertempat tinggal hal lain yang mungkin
berdampak pada timbulnya bakteri dan virus. Pandangan orang seringkali
berbeda-beda terhadap apa yang dilakukan seseorang dalam keyakinan untuk
mewujudkan kebesaran dirinya sehingga pandangan tersebut dapat melemahkan
bahkan mematahkan semangat membara dalam
pencapaian-pencapaian kebesarannya. Pandangan di sekitar kita jangan sampai
dibawa ke dalam dada. Berjalanlah sepenuh ilmu dan keyakinan. Sementara
pandangan-pandangannya yang seringkali kosong biarkanlah berlalu. tepislah ia
jauh-jauh. Anggaplah ia debu yang mampu kita bersihkan sesegera. Dan
ketergesaan untuk menjadi tumbuh besar
maupun keterlambatan untuk menjadi besar sama-sama penyakit fisiologis
yang harus ditempatkan pada keseimbangan. Tidak terlalu cepat juga tidak terlalu
lambat.
Semua tantangan di atas adalah
penyakit yang membutuhkan obat. Diagnosa, dalam mengurai data, dilakukan dengan
seksama dan teliti untuk mengetahui gejala penyakit sehingga memudahkan
menentukan racikan obat yang cocok untuk menyembuhkannya. Langkah tersebut
tidak boleh lepas dari kesabaran mendiagnosa. Sama halnya dengan penyakit
fisik, mendiagnosa penyakit ini terperinci dan
hati-hati. Hal tersebut langkah bijak karena kesalahan dalam mendiagnosa
dapat berdampak fatal bagi tumbuhnya kebesaran diri. Bahkan kebesaran yang
dicita-citakan tak mampu terwujud hanya
menjadi bayangan semata dan mati di tengah cita.
Maka bertumbuhlah dengan
sebaik-baik pertumbuhan. Karena pertumbuhan itu adalah kepastian bagi
orang-orang yang mengetahui. Dan jadilah besar dengan sebaik-baik kebesaran.
Karena kebesaran itu milik mereka yang mau bertumbuh.
