Bertumbuh dan Menjadi Besar



Afsheen Farzana Rohiman (dok. Iman Rohiman)

Iman Rohiman

Bunga mawar tidak mekar dalam semalam. Kota Madinah tidak dibangun dalam sehari. Dan tidak ada orang yang menjadi besar tanpa proses pertumbuhan. Orang yang menyelam ke dasar kehidupan akan memahami bahwa merah meronanya bunga mawar butuh waktu sebagai titian keindahannya. Begitu pun bagi mereka yang pernah terbang ke langit harapan akan mengerti bahwa merangkai berjuta kebesaran cita,  tidak terlahir secara instan, melainkan butuh proses untuk meraihnya. Ia membutuhkan  waktu yang tidak singkat. Ia menghadapi terjalnya pendakian. Ia menyusuri kerikil-kerikil tajam yang memilukan. Tanpa itu semua, kebesaran itu tidak pernah akan bertumbuh, bertahan, menjadi besar, dan membuahkan hasil yang indah.


Cita-cita yang tulus untuk menjadi pribadi yang berkualitas agar dapat memberi kemanfaatan bagi sebanyak-banyaknya ummat butuh proses untuk menggapainya. Ia tidak terlahir dengan sendirinya dan tidak pula tanpa usaha. Namun, dibutuhkan proses bertumbuh yang cukup panjang untuk merangkai keindahannya. Pemilihan bibit diri-unggul dengan pilihan terbaik berdasarkan rasa terdalam di dalam dada hal pertama yang dilakukan dengan kesadaran kemandirian. Disini seseorang berdiri sendiri dengan kehendaknya sendiri tanpa ada campur tangan pihak kedua maupun pihak ketiga untuk mencari dan menemukan bibit diri-unggul terbaik berdasarkan pilihan jiwanya. Tak ada pengaruh dari luar yang mengganggu kemandiriannya karena unsur jiwa mendominasi dalam menentukan apa yang dirasa cocok dengan jiwa itu sendiri. Kalaupun ada pengaruh lingkungan di luar dirinya itu hanya menjadi referensi pembanding dan tidak mempengaruhi pemilihannya.

Setelah bibit diri-unggul ditemukan, langkah selanjutnya adalah menanamnya di tanah subur kebaikan. Menanam bibit diri-unggul niscaya tanpa tanah subur kebaikan dan hanya dengan media tanah subur kebaikanlah bibit diri-unggul dapat bertumbuh dengan sebaik-baiknya. Sebagaimana bunga mawar tidak dapat tumbuh dengan baik di tanah gambut. Begitu pun orang yang memiliki potensi besar tidak akan pernah tumbuh dengan baik jika tumbuh pada kondisi lingkungan yang tidak menunjang kebesarannya. Maka mencari tanah subur kebaikan menjadi keharusan agar bibit diri-unggul dapat ditanam di tanah yang tepat sehingga menunjang pertumbuhannya. Sebaliknya, jika kita tidak berikhtiar untuk menemukan tanah subur kebaikan maka tidak akan pernah sekejap pun melihat pertumbuhannya, artinya kita sudah menyia-nyiakan anugerah yang dititipkan Tuhan pada kita, padahal apa yang sudah dititipkan Tuhan pada kita adalah amanah. Jadi, menanam di tanah subur kebaikan satu hal yang tidak perlu dipertanyakan dan ditunda-tunda.

Memupuk bibit diri-unggul dengan ilmu di tanah kesuburan pekerjaan besar untuk tujuan yang mulia dalam kehidupan. Setelah menanam, memberi pupuk yang sesuai dengan kebutuhan perlu diperhatikan dengan sebaik-baiknya. Memberi pupuk yang baik berarti ilmu yang membuka pintu agar mempermudah melakukan pekerjaan besar sehingga kemulian dapat diraih.  Pada awal pertumbuhan pupuk yang tepat berupa ilmu sangat menunjang bagi daya tahan tumbuhnya bibit diri-unggul dan sangat menentukan bagi keberlangsungan pertumbuhannya. Karena masa awal pertumbuhan sangat menentukan daya tahan tumbuhnya pohon kebaikan, maka cocoknya pupuk ilmu yang diberikan dapat menumbuhkan kuatnya akar, tegaknya batang, kokohnya ranting, dan lebatnya daun kebaikan sehingga buahnya berbobot dan berkualitas.

Sementara menyiangi adalah seni menjaga dengan membersihkan niat-niat dalam diri semata-mata untuk kebermanfaatan manusia dalam rangka ibadah kepada-Nya. Tujuan menjadi besar bukan karena kesombongan, ingin dihargai, ingin dianggap hebat, dan ingin dianggap kuat oleh manusia, tetapi semata-mata melaksanakan amanah potensi yang diberikan oleh Tuhan agar potensi itu dapat didayagunakan dalam kehidupan. Karena menyiakannya adalah khianat, mendayagunakannya adalah penunaian amanah. Maka menyiangi dengan menjaga kebersihan niat penting kedudukannya karena dengannya rumput-rumput liar tidak tumbuh dan mengganggu kebersihan niat sehingga pupuk yang seharusnya jadi unsur penyubur tumbuhnya bibit diri-unggul tidak sedikit pun terkurangi.

Mengairi adalah sebaik-baik upaya agar tanah subur kebaikan tidak mengering dan agar bibit diri-unggul yang sudah ditanam tidak layu sebelum berkembang. Mengairi tanah subur kebaikan dengan senantiasa menguatkan ilmu dan membersihkan niat sebuah upaya agar bibit diri-unggul dapat tumbuh dengan sebaik-baiknya pertumbuhan dan pohon dapat berdiri tegak dengan sebaik-baiknya. Seiring berjalan waktu semakin banyak pula hal yang mempengaruhi pertumbuhan pohon kebaikan. Untuk mengimbangi hal yang mempengaruhi pertumbuhan tersebut penguatan dengan penambahan ilmu dan pembaharuan pembersihan niat setiap saat harus dilakukan untuk menjaga keseimbangannya. Jika tidak dikuatkan dengan penambahan ilmu dan pembaharuan pembersihan niat, niscaya tak kokohlah tegaknya pohon, bahkan perkembangannya pun terhambat. Tentu hal tersebut tidak diinginkan. Oleh karena itu, mengairi pertumbuhannya dengan penambahan ilmu dan pembaharuan pembersihan niat sebuah rangkaian yang terikat erat dengan memilih bibit diri-unggul, pemupukan, dan menyiangi pohon kebaikan.

Dalam proses pertumbuhan diri menuju kebesaran, bertemu dengan hama penyakit suatu keadaan yang pasti teralami. Jamur, bakteri, virus, dan penyakit fisiologis sebagai tantangan yang harus dihadapi. Karena kehadirnnya tiada lain untuk diselesaikan sekaligus sebagai seni mengukir ketangguhan dan merangkai kebesaran diri. Kurangnnya kesadaran pemetaan potensi diri dapat berakibat tidak dipahaminya potensi mana yang dapat menumbuhkan kebesarannya dan potensi mana yang dapat menghambat tumbuhnya kebesarannya. Jika pemetaan potensi diri tidak mampu dilakukan yang terjadi adalah jamur yang tumbuh tak terkendali  akibatnya pertumbuhan kebesaran tidak maksimal dan tumbuhnya penyakit dalam diri menurunkan kadar kemampuan dan mengerdilnya potensi. Sementara orang-orang disekitar lingkungan dimana bertempat tinggal hal lain yang mungkin berdampak pada timbulnya bakteri dan virus. Pandangan orang seringkali berbeda-beda terhadap apa yang dilakukan seseorang dalam keyakinan untuk mewujudkan kebesaran dirinya sehingga pandangan tersebut dapat melemahkan bahkan mematahkan semangat  membara dalam pencapaian-pencapaian kebesarannya. Pandangan di sekitar kita jangan sampai dibawa ke dalam dada. Berjalanlah sepenuh ilmu dan keyakinan. Sementara pandangan-pandangannya yang seringkali kosong biarkanlah berlalu. tepislah ia jauh-jauh. Anggaplah ia debu yang mampu kita bersihkan sesegera. Dan ketergesaan untuk menjadi tumbuh besar  maupun keterlambatan untuk menjadi besar sama-sama penyakit fisiologis yang harus ditempatkan pada keseimbangan. Tidak terlalu cepat juga tidak terlalu lambat.

Semua tantangan di atas adalah penyakit yang membutuhkan obat. Diagnosa, dalam mengurai data, dilakukan dengan seksama dan teliti untuk mengetahui gejala penyakit sehingga memudahkan menentukan racikan obat yang cocok untuk menyembuhkannya. Langkah tersebut tidak boleh lepas dari kesabaran mendiagnosa. Sama halnya dengan penyakit fisik, mendiagnosa penyakit ini terperinci dan  hati-hati. Hal tersebut langkah bijak karena kesalahan dalam mendiagnosa dapat berdampak fatal bagi tumbuhnya kebesaran diri. Bahkan kebesaran yang dicita-citakan tak mampu terwujud  hanya menjadi bayangan semata dan mati di tengah cita.


Maka bertumbuhlah dengan sebaik-baik pertumbuhan. Karena pertumbuhan itu adalah kepastian bagi orang-orang yang mengetahui. Dan jadilah besar dengan sebaik-baik kebesaran. Karena kebesaran itu milik mereka yang mau bertumbuh.
Tags

Post a Comment

0 Comments

Top Post Ad

Below Post Ad