
Ustadz Ujang Sulaeman(bersorban biru) bersama jamaah kajian rutin Ahad subuh di masjid Nurul Ahmad Calincing 23/11/2025 (dok. KIM Cyber Calincing)
Hendriansah
KIM Cyber Calingcing, Tasikmalaya. "Ilmu itu tidak akan bisa didapat dengan tubuh yang santai dan hati yang malas." Pesan kuat itulah yang digaungkan oleh Ustadz Ujang Sulaeman saat membuka kajian rutin Ahad Subuh di masjid Nurul Ahmad Calincing, tepat pukul 05.00 WIB 23/11/2025.
Mengambil tema dari Bab 5 kitab klasik Ta'lim Muta'allim, ust. Ujang mengajak puluhan jemaah untuk merenungi kembali hakikat perjuangan menuntut ilmu. Dibawah kehangatan cahaya masjid yang memecah dinginnya fajar, ia membahas tuntas tentang Al-Jiddu (kesungguhan), Al-Muwazabah (kontinuitas), dan Al-Himmah (cita-cita luhur).
Menyambut panggilan ilmu ditengah kantuk dalam pemaparannya, ust. Ujang Sulaeman menekankan bahwa kesungguhan seorang penuntut ilmu harus terlihat nyata dalam setiap langkah, termasuk dalam melawan kemalasan dan kantuk di pagi hari. Ia menyampaikan bahwa setiap tetes peluh dan perjuangan meninggalkan kenyamanan tempat tidur adalah bagian dari pengamalan bab 5 kitab tersebut.
"Kita sering ingin hasil yang instan, padahal ulama kita mengajarkan bahwa ilmu adalah mutiara yang harus dicari dengan pengorbanan yang tidak sedikit. Hari ini, dengan hadirnya jama'ah Patlot sudah membuktikan kesungguhan itu," ujar beliau disambut anggukan khusyuk dari para jemaah.
Kajian berlangsung khidmat dan penuh rasa syukur. Dengan gaya bahasa yang menenangkan, ust. Ujang berhasil menyentuh sisi spiritual para jamaah, mengingatkan bahwa adab jauh lebih penting daripada kuantitas ilmu yang diperoleh. Beliau menekankan bahwa ilmu yang berkah adalah ilmu yang dituntut dengan niat suci dan hati yang tawadhu (rendah hati).
Kajian pagi ini boleh saja usai, namun gema nasihat ust. Ujang Sulaeman tentang kesungguhan dan ketekunan masih terasa lekat di benak jemaah. Bab 5 Ta'lim Muta'allim yang telah dibedah bukan lagi sekadar teori di atas kertas, melainkan menjadi bekal spiritual dan motivasi nyata untuk menjalani hari-hari ke depan.
Wajah-wajah teduh para jamaah yang beranjak meninggalkan masjid dengan penuh ketenangan, menjadi penanda bahwa Minggu pagi di masjid Nurul Ahmad telah berhasil menjadi tempat hati-hati yang rindu ilmu untuk berlabuh. Mereka kembali ke rumah masing-masing dengan tekad baru: menjadi pribadi yang lebih gigih, lebih sabar, dan lebih beradab dalam setiap aspek kehidupan.


