Kepala Desa Santanamekar Ade Saepudin di Ruang Kerjanya (Dok, KIM Galunggung Info 16/1/2021) |
Iman Rohiman
KIM Galunggung Info, Tasikmalaya. Desa wisata sebagai kawasan kegiatan wisata yang
selaras dengan budaya telah menjadi kebutuhan desa yang bermanfaat bagi
kemajuan masyarakat. Jika sebuah desa telah menjadi desa wisata dengan
sendirinya masyarakat dapat menciptakan dan mengembangkan potensi sehingga
pendapatan masyarakat meningkat dan menyumbang pendapatan desa tanpa menggerus
tradisi yang telah lama hidup.
Beberapa tahun terakhir desa wisata terus bermunculan
seiring kebutuhan wisata masyarakat yang ingin kembali menikmati suasana alami
pedesaan. Desa wisata Batu Mahpar di desa Linggawangi kecamatan Leuwisari,
Citiis di desa Mandalagiri kecamatan Padakembang, dan Kampung Kolecer di desa
Cisayong kecamatan Cisayong beberapa objek wisata yang bertranformasi menjadi
desa wisata.
Desa Santanamekar yang memiliki potensi air terjun (curug
dalam bahasa sunda) seperti Batu Blek, Gado Bangkong, dan Curug Badak serta
areal hutan yang ditanami puluhan hektar kopi dan kayu-kayuan dapat menjadi
desa wisata manakala ditunjang infrastruktur yang memadai. Diantara
infrastruktur yang cukup penting yang belum dipenuhi desa Santanmekar bagi
pengembangan desa wisata yaitu fasilitas dan pelayanan transportasi.
Akses jalan
wisatawan menuju objek wisata belum dapat dicapai dengan mengunakan
kendaraan roda empat. Hal tersebut berdampak pada terbatasnya jumlah pengunjung
menuju objek wisata. Dari masalah inilah maka pemerintah desa Santanamekar
bermaksud merencanakan pembangunan fasilitas transportasi. Namun, rencana
tersebut terkendala anggaran karena dana desa tahun 2020 dan tahun 2021 yang
semula direncanakan untuk membangun fasilitas transportasi dialihkan untuk
mencegah pandemi covid -19.
Keterangan yang didapatkan dari kepala desa
Santanamekar Ade Saepudin bahwa perencanaan pembangunan fasilitas transportasi
menuju objek wisata Batu Blek tidak
masuk dalam daftar prioritas pembangunan Dana Desa (DD) tahun 2021.
‘’Dengan begitu sayang dan sayang dari DD itu desa
wisata yang sudah dihibahkan oleh masyarakat, dipatok dengan panitia desa
wisata dari DD itu tidak kabagean (kebagian),’’ katanya di kantor kepala desa
pada Sabtu 16/1/2021.
Ade memaparkan lebih lanjut bahwa dana desa tahun 2021 yang semula akan
digunakan untuk pengembangan desa wisata Batu Blek dialihkan untuk program Bantuan Langsung Tunai
(BLT) sebagai bagian dari Jaring Pengaman Sosial (JPS).
‘’Saya juga menyesal selaku kepala desa karena ada
lagi data covid belum berakhir disebutnya Jaring Pengaman Sosial,’’ tambahnya.
JPS melalui BLT desa rencananya akan menggunakan DD lebih dari 400 juta atau 30%
lebih DD dan disalurkan kepada 4 orang kepala keluarga yang betul-betul
membutuhkan. Jadi Kelurga Penerima Manfaat (KPM) dari program JPS BLT DD
rata-rata berkurang 3 orang setiap RT dibandingkan tahun 2020.
Apakah dengan tidak dimasukannya program desa wisata
ke dalam DD rencana pembangunan desa wisata itu otomatis berhenti? Jawab kepala
desa bahwa pemerintah desa akan terus berikhtiar, berjuang untuk pembangunan
desa wisata.
‘’Insya Allah akan berjuang satu ke provinsi satu ke
pusat,’’ cetus Ade.
Dalam pengembangan desa wisata program ‘’Si Rampak
Sekar’’ provinsi Jawa Barat dan Bantuan Pemerintah (BANPER)Kementrian
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (kemenparekraf) dapat menjadi alternatif sarana
pengembangan desa wisata.
Himbauan Ade Saepudin selaku kepala desa kepada
masyarakat dalam mendukung pembangunan desa agar melaksanakannya dengan
kondusif dan memadukan dengan swadaya sehingga menciptakan percepatan
pembangunan yang sesuai harapan.
‘’Karena saya dipilih oleh masyarakat, berasal dari
masyarakat, dan akan kembali ke masyarakat diminta dengan kondusif dengan
swadayanya,’’ tutupnya.
Mantap.... Berkarya terus KIM GALUNGGUNG INFO... sukses
ReplyDelete