Cinta adalah
anugerah paling besar yang telah Allah turunkan ke bumi agar manusia merenda
berjuta keindahan di taman harapan. Cinta
adalah anugerah kehidupan yang tidak mampu dilukiskan oleh seluruh manusia di
bumi. Cinta adalah sebuah kisah yang tidak akan pernah habis walaupun samudera
menjadi tinta untuk menggoreskan ceritanya di kanvas ketulusan. Cinta adalah
cinta.
Cinta menurut
Inayat Khan adalah hasrat untuk menyadari sesuatu yang dicintai. Dalam cinta,
berarti alam bawah sadar menyadari
adanya keinginan untuk mengetahui dan memahami yang dicintai. Keinginan
tersebut bersumber dari kehendak diri yang suci dan murni tanpa dipaksa oleh
siapapun. Kehendaknya kemudian diarahkan untuk membangun pengetahuan tentang
apa-apa yang diharapkan yang dicintai, sehingga membuahkan sikap memahami
apa-apa yang ada pada yang dicintai. Dalam proses mengetahui seorang pecinta
sejati akan melihat dengan jiwa semua hal yang ada pada yang dicintai : Baik
dan buruknya perilaku, Kelebihan dan kekurangan diri, Statis dan dinamisnya
jiwa, Turun dan naiknya temperatur rasa, lembut dan kerasnya kata, dan semua hal yang ada pada yang dicintai.
Semua pengetahuan itu kemudian dipahami dengan penerimaan hati yang bening
untuk menerima hal yang baik dan menumbuhkan kebaikan dari kekurang-kekurangan,
bukan membiarkan kekurangan agar tetap begitu.
Menurut
Stenberg dalam triangular theory of love, bahwa cinta menghimpun sifat
keintiman, gairah, dan komitmen. Keintiman merupakan elemen emosi yang saling
memberi dalam mencipta kehangatan,
keakraban, dan hasrat menjalin hubungan. Gairah merupakan elemen motivasional
yang mendasar di dalam diri dan bersifat
fitrah yang mendorong semangat mereguk nafkah batin yang suci. Dan
komitmen dalah elemen kognitif, berupa keputusan dan tekad secara tetap dan
sinambung menjalankan suatu kehidupan bersama. Tiga unsur tersebut saling
bertautan dan saling menguatkan satu sama lainnya terutama dalam membangun
fondasi, menegakkan bangunan, dan mengatapinya, sehingga terbentuklah keutuhan
cinta yang disebut cinta sejati. Jika
satu hilang maka cinta itu menjadi pincang tidak seimbang, bahkan bisa memudar
di tengah jalan.
Selain
memiliki sifat, cinta pun memiliki unsur khas. Menurut Erich Fromm dalam The
Art of Loving mengemukankan bahwa ada empat unsur cinta sejati : perhatian
(Care), tanggung jawab (responsibility), rasa hormat (Respect) dan pengetahuan
(Knowledge). Perhatian berarti menyediakan waktu untuk mengetahui dan memahami
kehidupan dan setiap pertumbuhan yang dicintai. Seseorang yang mencintai dengan
sukarela mencurahkan segenap panca indranya agar tak ada satu hal pun yang
luput dari pandangannya. Tanggung jawab bermakna kesiapan dalam memikul
pengorbanan-pengorbanan yang disertai kesungguhan menanggapi dengan kemampuan
penuh. Seorang pecinta tak pernah berhenti mengulurkan tangannya, walaupun
kemampuannya terbatas, cintanya melampaui keterbatasannya. Memang menakjubkan.
Rasa hormat adalah kemampuan untuk melihat seseorang sebagaimana adanya dan
menyadari individualitasnya yang unik yang terwujud dalam kepedulian bahwa
seseorang perlu tumbuh dan berkembang sebagaimana adanya. Dalam hal ini seorang
pecinta tidak memaksakan harapan-harapannya, sebaliknya dia memupus harapan
tersebut dan menggantinya dalam bentuk kekaguman. Sementara pengetahuan
menyiratkan ilmu yang harus terus bertumbuh pada diri seorang pecinta melampaui
bertumbuhnya perhatian, rasa hormat, dan tanggung jawab. Buah dari semua ini
berupa penyatuan simbiosis dan cinta dewasa.
Pengorbanan
satu hal yang erat kaitannya dengan cinta. Harta, waktu, lisan, raga, dan jiwa
diinvestasikan untuk yang dicintai agar mencipta kecocokan. Seorang pecinta
memberikan apa yang bisa diberikan tanpa sedikit pun mengharap apapun dari yang
dicintainya. Memberi tanpa berharap, bagi pecinta, kebahagian yang membuatnya
kaya, kuat, dan kuasa atas dirinya. Kebahagiaan yang tidak memberi kesempatan
bagi hadirnya kekecewaan. Bahkan melipatgandakan hingga tak berhingga. Kebahagian
murni.
Sisi lain
dari cinta adalah ketulusan. Bagian dari
ketulusan disulam dalam kesediaan seseorang untuk berbuat dengan hanya berharap
kerelaan dan kecintaan pihak yang telah berjasa baik kepadanya. Ketulusan
adalah niat yang bersih. Niat yang tidak ada apapun yang ingin digapainya
melainkan keridhoan-Nya. Ketulusan berarti menyiram, memupuk, memberi ruang,
dan merawat agar rumput ilalang tidak merusak pandangan dan mengobati agar
serangga maupun virus tidak merusak tumbuhnya dan membawa penyakit. Ketulusan
adalah sebuah kesediaan pecinta untuk melakukan tugas dengan penuh
tanggungjawab, amanah, mau berkorban, sepenuh waktu dan sepenuh jiwa.
Di penghujungnnya, mari kita meneteskan air mata, jika
buah cinta pernikahan, ternyata kelemahan yang bertumpuk-tumpuk, bukannya
kemampuan yang semakin menjulang pesonanya. Mari kita bersedih, jika buah cinta
pernikahan, ternyata kemiskinan yang semakin akut, bukannya kekayaan yang
semakin barokah. Mari kita tertunduk pilu, jika buah cinta pernikahan, ternyata
memuncak kegelisahan, bukannya ketenangan yang membahana. Mari kita mengaduh,
jika buah cinta pernikahan, ternyata kehinaan, bukannya kehormatan yang kian
bercahaya. Mari kita mengangkat tangan, jika buah cinta pernikahan, ternyata
kesengsaraan, bukannya kebahagiaan yang membangkitkan. Mari kita pejamkan mata,
jika buah cinta pernikahan, ternyata menumpulkan ilmu, bukannya semakin tajam
dan menyinari.
