Waktu
adalah kumpulan detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, tahun, ratusan tahun,
ribuan tahun, jutaan tahun, hingga tak berhingga sesuai kehendak-Nya paling
akhir. Waktu jika titik tolaknya yang sedang terjadi, maka terbagi menjadi masa
lalu, masa kini, dan masa yang akan datang.
Masa lalu berarti sejarah atau kenangan mengenai peristiwa nyata tentang ummat manusia dalam ruang dan waktu baik individual maupun kelompok yang dikisahkan lewat tradisi lisan atau goresan tangan dengan aneka tafsirannya. Sejarah akan berharga dan bernilai manakala manusia menarik tafsiran dan manfaat dengan kebeningan hati, kebersihan jiwa, dan terlepas dari perasaan subjektif, sehingga dapat mengambil manfaat untuk masa kini dan masa depan, baik yang manis maupun pahit, baik kesedihan air mata maupun senyum kebahagiaan. Sebaliknya, kenangan hanya akan membawa secangkir kabut kelam apabila pandangan mata ditutup, hati menolak, dan tak mau mengambil hikmah dari peristiwa itu. Disini, masa lalu tak jauh berbeda dengan membakar api yang menyala.
Masa lalu berarti sejarah atau kenangan mengenai peristiwa nyata tentang ummat manusia dalam ruang dan waktu baik individual maupun kelompok yang dikisahkan lewat tradisi lisan atau goresan tangan dengan aneka tafsirannya. Sejarah akan berharga dan bernilai manakala manusia menarik tafsiran dan manfaat dengan kebeningan hati, kebersihan jiwa, dan terlepas dari perasaan subjektif, sehingga dapat mengambil manfaat untuk masa kini dan masa depan, baik yang manis maupun pahit, baik kesedihan air mata maupun senyum kebahagiaan. Sebaliknya, kenangan hanya akan membawa secangkir kabut kelam apabila pandangan mata ditutup, hati menolak, dan tak mau mengambil hikmah dari peristiwa itu. Disini, masa lalu tak jauh berbeda dengan membakar api yang menyala.
Masa
kini merupakan kenyataan yang sedang terjadi dan dialami. Berkaitan dengan ini,
menjalankan status dan peran tidak dapat dihindari. Apakah ia sedang berperan
sebagai seorang anak atau orang tua, seorang istri atau suami, seorang guru
atau murid, seorang politikus atau rakyat biasa, seorang borjuis atau proletar,
seorang yang berilmu atau seorang awam, seorang yang digerakan visi dan misi
atau seorang pengikut? Oleh karena itu, jangan biarkan berlalu begitu saja. Ia
harus diolah dengan gelora semangat mencipta dan kreativitas dengan sebaik-baik kesungguhan. Begitu pun
tumpahan tenaga, harus didayakan hingga tak berhingga, untuk memerankan
perilaku atau amal terbaik. Curahan pikiran jangan, dikesampingkan, tapi
tempatkan pada rel waktu, agar tumpahan tenaga dalam mencipta meraih hasil
jernihnya pandangan. Meski penggunaan waktu seakan terasa sangat kurang,
tetaplah waktu adalah sumber daya terbaik yang dimiliki manusia. Ia ibarat
nyawa kehidupan. Meskipun gratis, kita tak mampu membelinya dengan apapun.
Dan
masa depan merupakan gudang berbagai macam kemungkinan. Kita bisa memugar
jejak-jejak masa lalu dan masa kini lalu memperbaiki lubang-lubang kehidupan
yang berantakan atau menghiasi pohon kebesaran di taman kehidupan. Kita pun
dapat merangkai sulaman sutera bergemerlapan di tengah hiruk pikuk kehidupan
yang ternoda materialisme. Visi dan misi mendapat tantangan pembuktian disini.
Perencanaan yang diracik dengan buah pikiran kesungguhan dimasa kini dapat
dilihat pencapaian hasil-hasilnya disini.
Akhirnya,
masa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang melebur menjadi satu yakni
kehidupan. Kehidupan yang diawali dengan senyum-tangis, ditengahnya
senyum-tangis-tawa-pilu-syahdu, dan semoga di bagian ujung tangis-senyum.
Dimana bagian akhir cerita kita, orang-orang disekitar kita menangis dan kita
wafat dengan tersenyum.
