Kekuatan Sabar

Iman Rohiman
0
Dinamika hidup mengajarkan kita tentang keseimbangan. Dimana ada siang disitu ada malam. Dimana ada air mata disitu ada senyum tawa. Dimana ada kesempitan disitu ada kelapangan. Dimana ada cobaan disitu ada kesabaran. Namun, bagi seorang muslim semua itu bermuara pada kebaikan. Karena tak ada satu hal pun dalam hidupnya yang tidak bernilai kebaikan. Jika ia dihadapkan pada kebahagiaan ia bersyukur dan syukurnya menjadi pahala. Jika ia dihadapkan pada ujian ia bersabar dan sabarnya meraih pahala. Sungguh indah hidup seorang mukmin kalau begitu

Dalam pandangan seorang mukmin kisah-kisah hidup yang disusurinya tak terbetik satu pun keburukan.  Semuanya kebaikan. Namun, seringkali pikiran mengarahkan pada terbentuknya pandangan buruk apabila yang menimpa pada dirinya dirasa penderitaan. Pikiran selalu menyimpulkan kerugian bisnis, derita air mata, penolakan khitbah, kegagalan pendidikan, kegagalan dalam meraih kursi dewan, musibah, dan ujian lainnya sebagai hukuman yang merendahkan dirinya. Sehingga ia meronta-ronta pada takdir yang menimpanya dan seringkali bisikan syetan dalam hati menggoda dengan kalimat-kalimat pernyataan bahwa “Tuhan tidak adil’. Pikirannya liar dan menakar kegetiran-kegetiran layaknya pukulan keras yang memporak porandakan kebahagian-kebahagian yang pernah dialaminya.

Salahkah jika orang yang menderita terbesit pikiran seperti itu? Tentu sebagai manusia yang lemah, cara pandang seperti itu wajar adanya. Hanya saja memiliki batas-batas yang tidak berkelanjutan. Jika berkelanjutan maka semuanya menjadi hal yang dapat dianggap salah dan tidak layak untuk dilakukan oleh seorang muslim. Pada batas-batas tertentu yang hanya bisikan didalam hati yang sekilas saja itu manusiawi. Seterusnya pengendalian cara pandang terhadap bisikan-bisikan itu ke ranah baik sangka terhadap ketentuan-Nya adalah langkah utama yang ditempuh oleh seorang muslim yang mengharap keridhoan-Nya. Mengapa demikian? Karena hal tersebut kewajiban bagi seorang muslim yang yakin terhadap Qadho dan Qodharnya. Itu adalah manifestawi keimanan. Keimanan yang mewujud di dalam batin.

Kesabaran hal lain dalam manifestasi keimanan ketika menghadapi ujian hidup. Kesabaran adalah bukti. Bukti yang akan berbicara pada dirinya sendiri tentang pernyataan keimanannya. Ia pun bukti yang menggambarkan sampai sejauh mana ukuran kecintaan seorang hamba pada Tuhannya. Karena di dalam ujian dan cobaan-Nya itu ada penilaian tentang keridhoannya terhadap yang dicintai-Nya. Disinilah letak keunggulan seorang muslim ketimbang mereka yang tidak menyadari betapa Islam telah mengajarkan berbagai kebaikan dalam kesabaran.  Disini pula tempat mengukur penghambaan manusia terhadap Tuhan yang maha kaya.

Kesabaran berbicara pada manusia tentang sikap mulia menyikapi berbagai hal dalam rentang waktu hidup. Ia mampu membisikan kata pelembut di batu cadas hati yang tak mau mendengar nasihat-nasihat kebaikan. Ia kekuatan yang mampu mengurai kerumitan dan kemelut jiwa yang gelisah karena nafsu merapat dan bermain dalam angan. Tangan-tangan kesabaran begitu mencengkeram kuat dan meluluhlantakan prasangka buruk hingga melebur tak berjejak lagi. Kalau begitu, sungguh indah hidup seorang muslim yang dihias sabar di setiap detiknya.

Kesabaran adalah daya tahan diri. Ia pengendali laku yang seringkali tergesa-gesa dan dinodai nafsu amarah. Dengannya ketergesaan dalam menyikapi berbagai hal yang dilalui akan menemukan jalan terang. Seperti bening embun di pagi hari. Sejuk dan bersih suci. Noda-noda nafsu yang melekat di tubuh yang kasar ini, perlahan tapi pasti terbasuh dengan penerimaan ikhlas dan ikhtiar yang menggerakan ke ranah posistif. Hingga noda-noda itu sedikit demi sedikit terurai bahkan tak tersisia lagi di tubuh kita.

Kesabaran adalah kekuatan. Sebagaiamana putra dari Habsyah yang sabar dijemur di teriknya mentari padang pasir demi untuk mempertahankan aqidahnya. Sembari mengucap, “God is one, God is one”, tubuhnya yang hitam legam jadi saksi kuatnya kesabaran Bilal yang dihimpit batu di dada. Berapa banyak pukulan dan siksaan yang menerpa tubuhnya. Namun, ia sabar dengan ujian ini. Ia kokoh menerima derita dengan kesabarannya. Ia kuat dengan kesabaran yang menghujam di dadanya. Teriknya mentari padang pasir baginya hanya gigitan semut yang dengan seketika lenyap tanpa rasa. Begitu pun beratnya batu yang menghimpit dada serasa selimut tebal di bekunya kutub. Itulah kesabaran. Ia menguatkan dan menghapus kelemahan.

Kalau begitu, gambaran kekuatan seorang muslim dapat diraba dari kesabarannya. Seorang muslim yang mengerti akan menyadari bahwa setiap yang terjadi dan menimpa dirinya merupakan ladang baginya untuk bercocok tanam kesabaran. Manakala ujian dan cobaan berat menghempasnya, seorang muslim tetap berdiri kokoh. Laksana baja yang di tanam ratusan meter ke dalam perut bumi. Ia tegak berdiri dan tak tergoyahkan meski badai menerjang dan meluluhlantakan pepohonan.

Bagi seorang muslim kesabaran adalah energi yang menguatkan, mengencangkan, dan melembutkan jiwa yang keras berbatu. Bagi seorang muslim, kesabaran adalah kekuatan. Kekuatan hidup. Kekuatan mati. Kekuatan merancang cita. Kekuatan merenda mahligai rumah tangga. Kekuatan berkarya untuk bangsa dan agama.
Tags

Posting Komentar

0 Komentar

Posting Komentar (0)
3/related/default